Tuesday, July 30, 2013

Malam Bersama Liverpool



oleh: Reynold Salanti


Sabtu pagi itu saya bangun terlalu pagi langsung meraih handphone berharap waktu memperlihatkan jam yang layak untuk saya bangun. Tapi waktu menunjukan jam 7 pagi, jam yang biasanya saya masih berada di alam mimpi menjadi seorang kepala desa bergaya hitler atau gigolo yang bercinta dengan liar bersama keluarga kardashian, tapi apa daya mata sudah siap menjamu hari baru. Setiap sabtu pagi saya akan me-list rencana apa saja yang akan saya buat malam nanti. Contohnya marathon film di bioskop, baca buku di toko buku, dinner bareng pacar, telpon ponakan yang sudah bisa diajak nongbrol layaknya orang pacaran ato di kamar aja menunggu tukang nasi goreng lewat terus tidur. Tapi semuanya itu buyar karena nanti malam saya akan melihat tim kesayangan saya main di SUGBK. Liverpool. 

Di tiket yang sudah saya pegang kick off akan di mulai jam 8 malam, karena ada janjian dengan seorang teman dan pacar saya belum punya tiket maka selesai makan siang saya langsung jalan ke SUGBK. Sesampai disana saya langsung menuju tiket box. Di tiket box para calo langsung menyambut saya seperti bintang film Hollywood yang baru turun dari mobil Cadillac bedanya mereka nggak minta tanda tangan ato foto, tapi minta beli tiket mereka dengan rayuan bahwa tiket sudah habis. Saya mengabaikan mereka seperti para pemain bola yang baru saja turun dari bisnya sambil mengangkat tangan, tandanya saya tak tertarik. Di loket masih banyak orang yang antri untuk membeli tiket padahal ada baiknya kalo mereka sudah mempersiapkannya dari kemaren-kemaren. 20 menit antri sampailah saya di depan loket berjeruji yang di dalamnya ada seorang perempuan yang sibuk menghitung tiket di tangannya. “mba beli tiket kategori 6 dong” saya coba menyapanya “abis mas tinggal ada kategori 7 mas” gawat nih tiket yang saya pegang kategori 6 masa saya nonton terpisah dengan pacar saya. Tanpa pikir panjang saya beli 2 tiket kategori 7 karena terlintas dipikiran gimana nanti kalo pacar saya di culik sama Eyang Subur yang menyamar jadi penjual minuman dingin di stadion. 

Selesai dari situ saya jalan menuju FX menemui teman saya. Sampai di FX saya terpanah kagum disana di depan pintu masuk ada gerbang You’ll Never Walk Alone yang mereka jiplak dari gerbang stadion Anfield di dalam banyak pernak pernik Liverpool dari panggung, poster squad, poster para pemain sampai toko kecil tempat jual jersey dan asesoris Liverpool. Mall itu di ubah layaknya stadion dalam mall seperti stadion2 di Inggris dan Jerman. Para penggunjung mall pun kebanyakan para supporter Liverpool dan Indonesia hanya pegawai toko saja yang tak memakai baju merah. Akhirnya saya bertemu dengan teman saya yang belum lama tiba. Karena gate-nya belum dibuka dan di luar hujan turun kita pun memutuskan menunggu disitu sambil menunggu pacar saya yang sedang dalam perjalanan. Di FX ada banyak acara yang di persembahkan oleh pihak sponsor dari kuis berhadiah hingga foto bareng Firman Utina. 

Pas jam 6 sore kita bertiga beranjak dari FX menuju SUGBK. Disikitaran stadion sudah banyak supporter yang di depan antri di gate mereka masing- masing. Di sekian banyak supporter yang sebagian besar memakai jersey Liverpool dan Indonesia, ada juga yang memakai baju Arsenal, Inter Milan third (merah) dan yang parah jersey MU.

Saya makin nggak sabar menunggu masuk ke dalam dari luar terdengar chant2 YNWA IN-DO-NE-SIA dll. jiwa saya semakin tergerak untuk cepat2 masuk kedalam. Dan akhirnya lewat antrian yang panjang saya masuk ke dalam Stadion yang seluruh tribun berwarna merah disertai kembang api dan banner2 Liverpool. Satu pemandangan yang membuat semangat saya semakin berapi-api.

Tak berapa lama kemudian para pemain dari Liverpool dan Indonesia keluar untuk pemanasan. Stadion semakin histeris dengan chant dan nyanyian yang makin lama makin nyaring. Beberapa bener juga terpasang di berbagai sisi stadion seperti “YNWA, Iron Lady dan Justice 96 menjelaskan begitu fanatiknya fans Liverpool Indonesia. Selesai mereka  pemanasan tak menunggu waktu lama mereka bersiap untuk kick off. Liverpool memakai jersey third mereka dan Indonesia mengunakan jersey merah. Saya  cukup senang melihat squad yang di turunkan Rodgers pelatih Liverpool, dia menurunkan Steven Gerrard yang lama istirahat karena cedera. Tapi sedih juga Man of the Squad gak ada. Luis Suarez.

Kick off dimulai, Liverpool melancarkan serangan mereka lewat Aspac dan Coutinho mereka sering memanfaatkan lebar lapangan dari serangan sisi lapangan. Gol pertama Liverpool lahir dari kreasi Jose Enrique, mengiring bola di sisi kanan pertahanan Indonesia terus memberi bola ke Coutinho yang dengan cerdik melewati pemain2 Indonesia, lalu kemudian mengubah skor 0-1 untuk Liverpool. Setelah gol itu pertandingan mengalami penurunan permainan serangan-serangan kedua tim sering gagal di area garis tengah. Indonesia punya peluang dari tendangan  Sergio van Dijk dan sundulan Titos Bonai tapi gagal menjadi gol. Di Babak kedua Indonesia bermain menyerang tapi penyelesaian akhir yang tak maksimal membuat skor tak berubah. Terus menyerang Indonesia lupa merapatkan pertahanan. Lewat serangan balik yang cepat ,Jordon Ibe memanfaatkan kecepatannya mendahului para pemain Indonesia yang terlambat kembali ke posisi mereka, Ibe meneruskan bola ke Assaidi yang sudah one on one dengan Kurnia Mega kemudian mengumpannya ke Sterling, dengan enteng nya dia mendengang bola ke gawang yang sudah kosong, Liverpool 2 Indonesia 0. 

 Hingga pertandingan selesai tak ada goal lagi yang tercipta, menurut saya skor ini cukup adil bagi kedua tim, Indonesia tak dibantai habis-habisan Liverpool meraih kemenangan perdana di tour asia mereka. Malam ini serasa begitu melelahkan tapi memberi kepuasan lebih bagi batin saya, mendengar chant-chant Liverpool, merasakan atmosfir merah khas Liverpudlian lewat kembang api, banner, spanduk. menyanyikan lagu You’ll never walk Alone dan melihat langsung Liverpool bertanding untuk pertama kalinya di SUGBK. Sebuah malam yang teramat sulit dilupakan, malam yang akan selalu tertancap di pikiran dan hati saya. Kelak nanti saya akan melihat langsung pertandingan Gerrard dkk, melihat langsung di rumah kebesaran mereka, Anfield. 

Semoga cepat terkabul..Amin!


Rafael Benitez Pemberi Gelar Juara

Oleh: Reynold Salanti

Chelsea berhasil menjuarai Europe League 2012/2013 sesudah mengalahkan Benfica dengan skor 2-1. Keberhasilan itu menjadi obat penghibur setelah Chelsea tak meraih juara Liga Inggris, Piala FA, Piala Liga, Piala Dunia Antarklub, dan yang amat menyakitkan Piala Champions.
Di luar prediksi, Chelsea terdepak di Liga Champions. Ini pertama kalinya juara bertahan tersisi di awal fase grup. Begitu menyakitkan sang penguasa London Biru, Roman Abramovich, tak menunggu sampai paruh musim selesai untuk memecat pelatih mereka Roberto Di Matteo dan menggantinya dengan Rafael Benitez.
Mayoritas suporter Chelsea tak setuju dengan penunjukan itu. Benitez dulunya adalah pelatih tim Merseyside, Liverpool. Benitez sering mengeluarkan kata-kata yang menghina Chelsea. Dia pernah bermusuhan dengan Jose Mourinho, pelatih Chelsea sebelumnya yang sudah dianggap dewa oleh para suporter. Walau spanduk “Rafa Out” terpajang di Stamford Bridge dan teriakan-teriakan kotor sering bergema di dalam stadion, Benitez membuktikan kelasnya dengan memberi gelar buat Chelsea. Gelar yang bisa saja memperpanjang kariernya untuk terus bekerja di London seandainya Mourinho tak hengkang dari Madrid dan kembali ke Chelsea.

Rafael Benitez lahir di Madrid dan memulai segalanya di kota itu. Dahulunya dia bergabung dengan akademi sepakbola Real Madrid dan menjadi pemain sepakbola di beberapa klub amatir. Selama menjalani profesi pemain sepakbola, dia mengambil kuliah di salah satu universitas di Madrid dan meraih gelar di bidang pendidikan jasmani. Setelah itu Benitez memulai karier kepelatihannya dengan menjadi pelatih tim cadangan dan asisten pelatih di Real Madrid.

Pekerjaan sebagai pelatih dimulainya di klub Real Valladolid. Di sana dia tak bertahan lama, lalu pindah ke Osasuna. Setelah itu dia pindah ke Extremadura yang sempat dibawanya promosi ke La Liga, meskipun harus terdegradasi lagi.

Tahun 2001 menjadi titik balik Rafael Benitez. Dia diminta melatih Valencia CF. Sejak menjadi juru taktik di sana, Benitez berhasil membawa Valencia bersaing dengan Barcelona dan Real Madrid di klasemen La Liga. Di tahun berikutnya Benitez menuai sukses dengan membawa Valencia merebut juara La Liga Spanyol. Kesuksesan serupa dipersembahkannya pada musim 2003/2004, ditambah satu gelar Piala UEFA.
Setelah itu Rafael Benitez mencoba merantau keluar Spanyol dengan menerima tawaran melatih Liverpool FC. Di sana dia meraih piala yang diinginkan semua klub, Piala Champions. Final Liga Champions yang tak akan dilupakan oleh seluruh Liverpudlian, di mana Liverpool tertinggal 3-0 dari Milan. Lalu dengan hebatnya membalikkan skor 3-3 dan meraih piala kelima mereka setelah menang di drama adu penalti yang menegangkan. Selain itu Benitez pernah mengangkat Piala FA, Piala Community Shield, dan Piala Super Eropa. Pada 2010 Benitez resmi menyelesaikan kariernya di Liverpool dan hengkang ke Inter Milan.

Sebelum Benitez datang, Inter meraih treble winner yang dipersembahkan oleh Jose Mourinho. Jelas, ini sebuah tantangan yang berat buat Benitez untuk mempertahankan gelar atau melebihi prestasi Mourinho yang tak segampang memakan pizza Italia. Hanya enam bulan Benitez bertahan di sana karena serangkaian hasil buruk dan kurangnya dukungan yang diberikan membuat dia harus rela menyandang status pengangguran meskipun gelar Piala Super Italia dan Piala Dunia Antarklub sudah diberikannya. Setahun lebih Benitez tak bekerja sampai akhirnya tawaran Chelsea datang.
Keluar dari Chelsea, Benitez tak menunggu lama untuk menganggur. Seorang produser film asal Italia, Aurelio De Laurentiis memberi kepercayaan padanya untuk melatih klubnya, Napoli. Benitez menggantikan Mazarri yang pindah ke Inter Milan. Musim lalu  Napoli finish di posisi kedua klasmen Serie A.Mereka bakal kembali ke Liga Champions musim depan setelah musim lalu absen.
Dengan pengalaman yang dimiliki Benitez, Napoli bisa diramunya untuk bersaing di pentas tertinggi Eropa.

Napoli adalah klub yang sedang berkembang sejak mereka lolos Liga Champions dua musim lalu. Klub dari selatan Italia ini mempunyai statistik yang bagus di Liga Champions. Mereka bisa bersaing dengan Manchester City dan Bayern Munchen di babak penyisihan grup dan kemudian mengejutkan Chelsea di leg pertama babak 16 besar, tetapi harus tunduk di leg kedua. Di Italia mereka meraih gelar Coppa Italia. Dengan datangnya Benitez, Napoli bisa menggapai gelar yang lebih tinggi, yakni juara Liga Italia atau Liga Champions seperti yang sudah dia lakukan di klub-klub sebelumnya.